21 Desember 2013

WEJANGAN NABI HIDIR KEPADA KANJENG SUNAN KALIJAGA

Ketika itu, Kanjeng Sunan Kalijaga yang juga dijuluki Syech Malaka berniat hendak pergi ke Mekkah. Tetapi, niatnya itu akhirnya dihadang Nabi Khidir. Nabi Khidir berpesan hendaknya Kanjeng Sunan Kalijaga mengurungkan niatnya untuk pergi ke Mekkah, sebab ada hal yang lebih penting untuk dilakukan yakni kembali ke pulau Jawa. Kalau tidak, maka penduduk pulau Jawa akan kembali kafir.
Bagaimana wejangan dari Nabi Khidir pada Kanjeng Sunan Kalijaga? Hal itu tercetus lewat Suluk Linglung Sunan Kalijaga. Inilah kutipan wejangannya:
Birahi ananireku,
aranira Allah jati.
Tanana kalih tetiga,
sapa wruha yen wus dadi,
ingsun weruh pesti nora,
ngarani namanireki
Timbullah hasrat kehendak Allah menjadikan terwujudnya dirimu; dengan adanya wujud dirimu menunjukkan akan adanya Allah dengan sesungguhnya; Allah itu tidak mungkin ada dua apalagi tiga. Siapa yang mengetahui asal muasal kejadian dirinya, saya berani memastikan bahwa orang itu tidak akan membanggakan dirinya sendiri.
Sipat jamal ta puniku,
ingkang kinen angarani,
pepakane ana ika,
akon ngarani puniki,
iya Allah angandika,
mring Muhammad kang kekasih.
Ada pun sifat jamal (sifat terpuji/bagus) itu ialah, sifat yang selalu berusaha menyebutkan, bahwa pada dasarnya adanya dirinya, karena ada yang mewujudkan adanya. Demikianlah yang difirmankan Allah kepada Nabi Muhammad yang menjadi Kekasih-Nya
Yen tanana sira iku,
ingsun tanana ngarani,
mung sira ngarani ing wang,
dene tunggal lan sireki iya Ingsun iya sira,
aranira aran mami
Kalau tidak ada dirimu, Allah tidak dikenal/disebut-sebut; Hanya dengan sebab ada kamulah yang menyebutkan keberadaan-Ku; Sehingga kelihatan seolah-olah satu dengan dirimu. Adanya AKU, Allah, menjadikan dirimu. Wujudmu menunjukkan adanya Dzatku
Tauhid hidayat sireku,
tunggal lawan Sang Hyang Widhi,
tunggal sira lawan Allah,
uga donya uga akhir,
ya rumangsana pangeran,
ya Allah ana nireki.
Tauhid hidayah yang sudah ada padamu, menyatu dengan Tuhan. Menyatu dengan Allah, baik di dunia maupun di akherat. Dan kamu merasa bahwa Allah itu ada dalam dirimu
Ruh idhofi neng sireku,
makrifat ya den arani,
uripe ingaranan Syahdat,
urip tunggil jroning urip sujud rukuk pangasonya,
rukuk pamore Hyang Widhi
Ruh idhofi ada dalam dirimu. Makrifat sebutannya. Hidupnya disebut Syahadat (kesaksian), hidup tunggal dalam hidup. Sujud rukuk sebagai penghiasnya. Rukuk berarti dekat dengan Tuhan pilihan.
Sekarat tananamu nyamur,
ja melu yen sira wedi,
lan ja melu-melu Allah,
iku aran sakaratil,
ruh idhofi mati tannana,
urip mati mati urip.
Penderitaan yang selalu menyertai menjelang ajal (sekarat) tidak terjadi padamu. Jangan takut menghadapi sakratulmaut, dan jangan ikut-ikutan takut menjelang pertemuanmu dengan Allah. Perasaan takut itulah yang disebut dengan sekarat. Ruh idhofi tak akan mati; Hidup mati, mati hidup
Liring mati sajroning ngahurip,
iya urip sajtoning pejah,
urip bae selawase,
kang mati nepsu iku,
badan dhohir ingkang nglakoni,
katampan badan kang nyata,
pamore sawujud, pagene ngrasa matiya,
Syekh Malaya (S.Kalijaga) den padhang sira nampani,
Wahyu prapta nugraha.
mati di dalam kehidupan. Atau sama dengan hidup dalam kematian. Ialah hidup abadi. Yang mati itu nafsunya. Lahiriah badan yang menjalani mati. Tertimpa pada jasad yang sebenarnya. Kenyataannya satu wujud. Raga sirna, sukma mukhsa. Jelasnya mengalami kematian! Syeh Malaya (S.Kalijaga), terimalah hal ini sebagai ajaranku dengan hatimu yang lapang. Anugerah berupa wahyu akan datang padamu.

16 Februari 2011

Wejangan kanjeng sunan Kalijaga

Urip iku neng ndonya tan lami. (hidup didunia tak selamanya)

Umpamane jebeng menyang pasar.( seumpama kita pergi ke pasar)

Tan langgeng neng pasar bae.(tidak selamanya dipasar saja)

Tan wurung nuli mantuk.(tidak akan batal untuk pulang)

Mring wismane sangkane uni.(kerumah asalnya dulu)

Ing mengko aja samar.(jangan meragukan)

Sangkan paranipun.(asal usul nya)

Ing mengko podo weruha.( nanti semua orang akan tahu)

Yen asale sangkan paran duk ing nguni.(kalau asalnya dari rumah yang dulu)

Aja nganti kesasar.(jangan sampai tersesat)

Yen kongsiho sasar jeroning pati.(apalagi jika tersesat dalam hidup sebelum mati)

Dadya tiwas uripe kesasar.(maka akan sia- sia hidup jika harus tersesat)

Tanpa pencokan sukmane.(tanpa jiwa)

Separan-paran nglangut.(pergi kemana-mana)

Kadya mega katut ing angin.(seperti mega terbawa angin)

Wekasan dadi udan.(akhirnya jadi hujan)

Mulih marang banyu.(pulang kepada air)

Dadi bali muting wadag.(jadi kembali keasalnya)

Ing wajibe sukma tan kena ing pati(karena jiwa tidak akan pernah mati)

Langgeng donya akherat.(kekal abadi dunia akherat)

Wejangan Kanjeng Sunan Kalijogo marang Kyai Ageng Bayat Semarang

(Sekar Macapat – kanthi Tembang Dandang Gulo).

kira-kira demikian arti dari wejangan tersebut dan saya berharap kepada para ahli bahasa jawa untuk menyempurnakan intrpretasi yg mungkin masih ada kesalahan. semoga bermanfaat…….salam.

19 Januari 2010

Keyakinan Sumber Kekuatan, Kebiasaan Bawah Sadar Manusia

Dengan bersikap konsisten seseorang akan bekerja berdasarkan kekuatan sendiri. Dan kekuatan itu bersumber dari keyakinan dan rasa percaya diri. Apa yang harus dikerjakan merupakan pilihan hidup. Bukan suatu beban yang memberatkan bagi tubuh maupun pikirannya. Demikianlah sikap hidup yang benar.

Padahal di sekitar kita tidak sedikit orang bekerja karena takut kehilangan pekerjaan, yang berarti kehilangan upah. Akibatnya, mereka bekerja tidak dilandasi rasa kesukaan atas pekerjaan itu. Mereka bekerja semata-mata atas dasar upah. Titik. Tidak ada orientasi apa pun terhadap pekerjaannya itu, hingga mereka tidak memiliki rekomendasi apa pun bagi kemajuan dirinya maupun institusi di mana ia bekerja.

Pekerja yang demikian itu, seperti kemukakan Peter F. Drucker (1997), sebenarnya dapat disebut sebagai pekerja manual (manual worker). Pekerja yang senantiasa bisa dinilai berdasarkan kuantitas serta kualitas dari suatu hasil yang bisa ditentukan dan telah pasti. Pekerja manual hanya memerlukan efisiensi. Dengan kata lain kemampuan untuk melakukan segala sesuatunya dengan tepat, dan bukannya kemampuan untuk membuat hal-hal yang tepat bisa terlaksana.

Ini berbeda dengan pekerja berpengetahuan (knowledge worker), yang menggunakan efektifitas sebagai teknologi khusus. Pekerja model terakhir ini tidak bisa diawasi secara dekat dan terinci. Ia hanya bisa dibantu. Namun ia harus mengarahkan dirinya sendiri, dan dia harus bisa memberikan kinerja dan kontribusi untuk bisa mencapai efektifitas. Pekerja berpengetahuan tidak bisa menghasilkan sesuatu yang efektif dengan sendirinya. Ia tidak menghasilkan sebuah produk fisik, seperti sekop, sepasang sepatu, atau sebuah komponen mesin. Tetapi, ia menghasilkan pengetahuan, ide-ide, dan informasi.

“Produk-produk” semacam itu seolah tidak ada gunanya. Seorang berpengetahuan yang lain, harus menerimanya sebagai input dan mengubahnya menjadi output sebelum mereka menemukan wujudnya yang nyata. Dengan demikian, pekerja berpengetahuan harus mengerjakan sesuatu yang tidak perlu dikerjakan oleh pekerja manual. Ia harus menyediakan efektifitas. Ia tidak bisa menggantungkan diri pada perlengkapan yang menyertai output-nya, sebagaimana halnya dengan sepasang sepatu yang dibuat dengan baik.

Kebutuhan akan hadirnya orang-orang yang memiliki prinsip dan orientasi ke masa depan adalah keniscayaan. Peluang yang tidak begitu banyak diminati orang. Hanya orang yang memiliki modal tekat yang kuat, keberanian mengambil risiko, di samping keyakinan serta rasa percaya diri. Orang seperti ini tidak sedang melakukan percobaan-percobaan dalam mempertaruhkan nasib, sebaliknya justru memiliki keyakinan penuh bahwa dirinya adalah orang yang tepat untuk pekerjaan itu. Itulah sebabnya ia memiliki rasa tanggung jawab sepenuhnya atas keputusan-keputusannya. Dirinya siap mengambil risiko apa pun, termasuk kehilangan pekerjaan itu sendiri bila tanggung jawabnya menuntut hal yang demikian.

Memiliki nilai-nilai panutan

Kaidah keempat, yang tidak kalah pentingnya dari kaidah-kaidah sebelumnya, bahwa seseorang harus memiliki nilai panutan. Nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Dalam hal ini biasanya adalah nilai-nilai yang bersumber dari kebenaran ajaran agama, menyusul pendapat kalangan pemikir maupun orang-orang sukses. Dengan memiliki keyakinan terhadap nilai panutan, alam pikir bawah sadar manusia akan bekerja mengolahnya menjadi kekuatan membangkitan motivasi diri. Tentu saja, nilai panutan itu akan mewarnai setiap ide, gagasan, termasuk pemikiran seseorang. Adanya keyakinan penuh seseorang terhadap nilai panutan, seolah tak ada keadaan yang dapat mengalahkannya.

Demikian dahsyatnya kekuatan yang dikandung sebuah keyakinan atas nilai panutan. Kita sering terkagum bercampur haru mendengarkan kisah-kisah dalam perang. Seperti diperlihatkan dalam kancah perang Irak-Iran, Palestine-Israel, perjuangan rakyat Chechnya, perang Vietnam, dan perang-perang lainnya. Ada satu kisah heroik dari medan perang Irak-Iran, ketika kepada orangtuanya dikabarkan dua anaknya tewas tertembak dalam perang, mereka menjawab: “Saya tidak sedih. Saya bahagia dan bangga. Jika saat ini masih memiliki anak lagi, dan pantas untuk berperang. Saya pun pasti memberangkatkannya ke medan pertempuran”. Itulah kekuatan yang tumbuh dari keyakinan atas nilai-nilai kebenaran yang dianut.

Keyakinan yang tumbuh dan bersumber dari nilai-nilai religius, berdasarkan bukti-bukti empirik yang dimulai hampir sejak kelahiran manusia di bumi ini, terbukti paling kuat pengaruhnya. Terbentuknya individu-individu yang memiliki nilai panutan positif sebagai keyakinan bersikap, akan membangkitkan pola berpikir serta tindakan yang senantiasa membangun. Berpikir responsif (Al aqliyyah al Iijabiyyah) demikian itu merupakan ujung tombak bagi proses-proses pengembangan untuk pencapaian kemenangan diri.

Di dunia ini dapat diyakini tidak ada seorang manusia pun yang akan berpikiran negatif, ketika kepada dirinya disampaikan pikiran-pikiran yang positif-responsif. Sebab itulah Nabi Muhammad menegaskan: “Senyumanmu terhadap saudaramu (sesama manusia) adalah sedekah”.

Tebar senyum kepada semua orang, maka semua orang akan tersenyum pula kepadamu. Setelah mereka tersenyum, pikiran-pikiran mereka pun akan terbuka dalam dimensi yang positif, dan itu berarti mereka sudah siap menerima kita, ide-ide kita, gagasan-gagasan kita, atau apa pun yang bakal memberikan kemenangan bersama (win-win solution).

Dalam tahapan proses dialogis yang semacam itu, janganlah sekali-kali terbersit dalam pikiran kita niatan untuk melakukan manipulasi-manipulasi yang bertujuan mengeksploitasi situasi kondusif yang telah tercipta. Biarkanlah suasana berkembang sebagaimana adanya. Yang penting, bahkan perlu dimotivasi adalah, menciptakan secara terus-menerus tanpa rasa bosan situasi yang mampu menumbuh-kembangkan pikiran-pikiran positif dalam kerangka mewujudkan ide-ide maupun gagasan-gagasan menjadi sebuah realitas.

Meyakini kebenaran nilai yang kita anut, bila hal itu bersumber dari Allah, dalam iman orang beragama, maka hal itu dapat dinyatakan sebagai wujud pengabdian. Sebaliknya, bila gejala pengabdian itu dilakukan terhadap sesuatu yang lain, dapatlah disebut telah melakukan penuhanan kepada toghut, yang arti harfiyahnya adalah berhala.

Pada dasarnya manusia itu hanya mempunyai pilihan, yaitu agama kemanusiaan dan agama perbudakan. Agama kemanusiaan memilih cinta sebagai orientasi, sedangkan agama perbudakan bisa memilih kekuasaan atau seks sebagai obyek pengabdian. Dan, manusia yang menyerahkan dirinya untuk dikuasai oleh sesuatu, berarti menjadikan sesuatu yang menguasainya itu toghut. Dalam dimensi yang demikian itu, manusia yang seperti itu sebenarnya telah kehilangan eksistensinya. Sosoknya telah terikat kepada siapa ia menggadaikan jiwanya.

23 November 2009

Kresna

Kresna atau Krishna (Dewanagari: कृष्ण; dilafalkan kṛṣṇa menurut IAST; dilafalkan 'kɹ̩ʂ.nə dalam bahasa Sanskerta) adalah salah satu Dewa yang banyak dipuja oleh umat Hindu karena dianggap merupakan aspek dari Brahman.[1] Ia disebut pula Nārāyana, yaitu sebutan yang merujuk kepada perwujudan Dewa Wisnu yang berlengan empat di Waikuntha. Ia biasanya digambarkan sebagai sosok pengembala muda yang memainkan seruling (seperti misalnya dalam Bhagawatapurana) atau pangeran muda yang memberikan tuntunan filosofis (seperti dalam Bhagawadgita). Dalam Agama Hindu pada umumnya, Kresna dipuja sebagai awatara Wisnu yang kedelapan, dan dianggap sebagai Dewa yang paling hebat dalam perguruan Waisnawa. Dalam tradisi Gaudiya Waisnawa, Kresna dipuja sebagai sumber dari segala awatara (termasuk Wisnu).[2]

Menurut kitab Mahabharata, Kresna berasal dari Kerajaan Surasena, namun kemudian ia mendirikan kerajaan sendiri yang diberi nama Dwaraka. Dalam wiracarita Mahabharata, ia dikenal sebagai tokoh raja yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Dalam kitab Bhagawadgita, ia adalah perantara kepribadian Brahman yang menjabarkan ajaran kebenaran mutlak (dharma) kepada Arjuna. Ia mampu menampakkan secercah kemahakuasaan Tuhan yang hanya disaksikan oleh tiga orang pada waktu perang keluarga Bharata akan berlangsung. Ketiga orang tersebut adalah Arjuna, Sanjaya, dan Byasa. Namun Sanjaya dan Byasa tidak melihat secara langsung, melainkan melalui mata batin mereka yang menyaksikan perang Bharatayuddha.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Asal usul nama "Krishna"
* 2 Nama lain
* 3 Kehidupan Sang Kresna
o 3.1 Penitisan
o 3.2 Kelahiran
o 3.3 Masa kanak-kanak dan remaja
o 3.4 Kresna Sang Pangeran
o 3.5 Bharatayuddha dan Bhagawad Gita
o 3.6 Kehidupan di kemudian hari
o 3.7 Hubungan keluarga
* 4 Kresna dalam pewayangan Jawa
* 5 Kresna dalam Bhagawadgita
* 6 Lihat pula
* 7 Catatan kaki
* 8 Referensi
* 9 Pranala luar

[sunting] Asal usul nama "Krishna"
Kresna dan Yasoda, ibu tirinya. Lukisan karya Raja Ravi Varma.

Dalam bahasa Sanskerta, kata Krishna berarti "hitam" atau "gelap", dan kata ini umum digunakan untuk menunjukkan pada orang yang berkulit gelap. Dalam Brahma Samhita dijabarkan bahwa Krishna memiliki warna kulit gelap bersemu biru langit.[3] Dan umumnya divisualkan berkulit gelap atau biru pekat. Sebagai Contoh, di Kuil Jaganatha, di Puri, Orissa, India (nama Jaganatha, adalah nama yang ditujukan bagi Kresna sebagai penguasa jagat raya) di gambarkan memiliki kulit gelap berdampingan dengan saudaranya Baladewa dan Subadra yang berkulit cerah.
[sunting] Nama lain
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar gelar dan nama lain dari Kresna

Kresna sebagai awatara sekaligus orang bijaksana memiliki banyak sekali nama panggilan sesuai dengan kepribadian atau keahliannya. Nama panggilan tersebut digunakan untuk memuji, mengungkapkan rasa hormat, dan menunjukkan rasa persahabatan atau kekeluargaan. Nama panggilan Kresna di bawah ini merupakan nama-nama dari kitab Mahabarata dan Bhagawadgita versi aslinya (versi India). Nama panggilan Kresna adalah:

1. Achyuta (Acyuta, yang tak pernah gagal)
2. Arisudana (penghancur musuh)
3. Bhagavān (Bhagawan, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa)
4. Gopāla (Gopaala, Pengembala sapi)
5. Govinda (Gowinda, yang memberi kebahagiaan pada indria-indria)
6. Hrishikesa (Hri-sikesa, penguasa indria)
7. Janardana (juru selamat umat manusia)
8. Kesava (Kesawa, yang berambut indah)
9. Kesinishūdana (Kesini-sudana, pembunuh raksasa Kesin)
10. Mādhava (Madawa, suami Dewi Laksmi)
11. Madhusūdana (Madu-sudana, penakluk raksasa Madhu)
12. Mahābāhu (Maha-bahu, yang berlengan perkasa)
13. Mahāyogi (Maha-yogi, rohaniawan besar)
14. Purushottama (Purusa-utama, manusia utama, yang berkepribadian paling baik)
15. Varshneya (Warsneya, keturunan wangsa Wresni)
16. Vāsudeva (Waasudewa, putera Basudewa)
17. Vishnu (Wisnu, penitisan Batara Wisnu)
18. Yādava (Yaadawa, keturunan dinasti Yadu)
19. Yogesvara (Yoga-iswara, penguasa segala kekuatan batin)

[sunting] Kehidupan Sang Kresna
Ilustrasi Kresna sebagai pengembala, sedang memainkan bansuri (seruling).

Ikthisar kehidupan Sri Kresna di bawah ini diambil dari Mahabharata, Hariwangsa, Bhagawatapurana, dan Wisnupurana. Lokasi dimana Kresna diceritakan adalah India Utara, yang mana sekarang merupakan wilayah negara bagian Uttar Pradesh, Bihar, Haryana, Delhi, dan Gujarat. Kutipan pada permulaan dan akhir cerita merupakan teologi yang tergantung pada sudut pandang cerita.
[sunting] Penitisan

Kutipan di bawah ini menjelaskan alasan mengapa Wisnu menjelma. Dalam sebuah kalimat dalam Bhagawatapurana:
“ Dewa Brahma memberitahu para Dewa: Sebelum kami menyampaikan permohonan kepada Beliau, Beliau sudah sadar terhadap kesengsaraan di muka bumi. Maka dari itu, selama Beliau turun ke bumi demi menuntaskan kewajiban dengan memakai kekuatan-Nya sendiri sebagai sang waktu, wahai kalian para Dewa semuanya akan mendapat bagian untuk menjelma sebagai para putera dan cucu dari keluarga Wangsa Yadu.[4] ”

Kitab Mahabharata yang pertama (Adiparwa, bagian Adiwansawatarana) memberikan alasan yang serupa, meskipun dengan perbedaan yang kecil dalam bagian-bagiannya.
[sunting] Kelahiran

Kepercayaan tradisional yang berdasarkan data-data dalam sastra dan perhitungan astronomi mengatakan bahwa Sri Kresna lahir pada tanggal 19 Juli tahun 3228 SM.[5]

Kresna berasal dari keluarga bangsawan di Mathura, dan merupakan putera kedelapan yang lahir dari puteri Dewaki, dan suaminya Basudewa. Mathura adalah ibukota dari wangsa yang memiliki hubungan dekat seperti Wresni, Andhaka, dan Bhoja. Mereka biasanya dikenali sebagai Yadawa karena nenek moyang mereka adalah Yadu, dan kadang-kadang dikenal sebagai Surasena setelah adanya leluhur terkemuka yang lain. Basudewa dan Dewaki termasuk ke dalam wangsa tersebut. Raja Kamsa, kakak Dewaki, mewarisi tahta setelah menjebloskan ayahnya ke penjara, yaitu Raja Ugrasena. Karena takut terhadap ramalan yang mengatakan bahwa ia akan mati di tangan salah satu putera Dewaki, maka ia menjebloskan pasangan tersebut ke penjara dan berencana akan membunuh semua putera Dewaki yang baru lahir. Setelah enam putera pertamanya terbunuh, dan Dewaki kehilangan putera ketujuhnya, lahirlah Kresna. Karena hidupnya terancam bahaya maka ia diselundupkan keluar dan dirawat oleh orangtua tiri bernama Yasoda dan Nanda di Gokula, Mahavana. Dua anaknya yang lain juga selamat yaitu, Baladewa alias Balarama (putera ketujuh Dewaki, dipindahkan ke janin Rohini, istri pertama Basudewa) dan Subadra (putera dari Basudewa dan Rohini yang lahir setelah Baladewa dan Kresna).

Tempat yang dipercaya oleh para pemujanya untuk memperingati hari kelahiran Kresna kini dikenal sebagai Krishnajanmabhumi, dimana sebuah kuil didirikan untuk memberi penghormatan kepadanya.
Lukisan yang menggambarkan Kresna sedang mengangkat Bukit Gowardhana. Salah satu koleksi dari Institusi Smithsonian.
[sunting] Masa kanak-kanak dan remaja

Nanda merupakan pemimpin di komunitas para pengembala sapi, dan ia tinggal di Vrindavana. Kisah tentang Kresna saat masa kanak-kanak dan remaja ada di sana termasuk dengan siapa dia tinggal, dan perlindungannya kepada orang-orang sekitar. Kamsa yang mengetahui bahwa Kresna telah kabur terus mengirimkan raksasa (seperti misalnya Agasura) untuk membinasakannya. Sang raksasa akhirnya terkalahkan di tangan Kresna dan kakaknya, Baladewa. Beberapa di antara kisah terkenal tentang keberanian Kresna terdapat dalam petualangan ini serta permainannya bersama para gopi (pengembala perempuan) di desa, termasuk Radha. Kisah yang menceritakan permainannya bersama para gopi kemudian dikenal sebagai Rasa lila.
[sunting] Kresna Sang Pangeran

Kresna yang masih muda kembali ke Mathura, dan menggulingkan kekuasaan pamannya – Kamsa – sekaligus membunuhnya. Kresna menyerahkan tahta kembali kepada ayah Kamsa, Ugrasena, sebagai Raja para Yadawa. Ia sendiri menjadi pangeran di kerajaan tersebut. Dalam masa ini ia menjadi teman Arjuna serta para pangeran Pandawa lainnya dari Kerajaan Kuru, yang merupakan saudara sepupunya, yang tinggal di sisi lain Yamuna. Kemudian, ia memindahkan kediaman para Yadawa ke kota Dwaraka (di masa sekarang disebut Gujarat). Ia menikahi Rukmini, puteri dari Bismaka dari Kerajaan Widarbha.


Menurut beberapa sastra, Kresna memiliki 16.108 istri, delapan orang di antaranya merupakan istri terkemuka, termasuk di antaranya Radha, Rukmini, Satyabama, dan Jambawati. Sebelumnya 16.000 istri Kresna yang lain ditawan oleh Narakasura, sampai akhirnya Kresna membunuh Narakasura dan membebaskan mereka semua. Menurut adat yang keras pada waktu itu, seluruh wanita tawanan tidak layak untuk menikah sebagaimana mereka masih di bawah kekuasaan Narakasura, namun Kresna dengan gembira menyambut mereka sebagai puteri bangsawan di kerajaannya. Dalam tradisi Waisnawa, para istri Kresna di Dwarka dipercaya sebagai penitisan dari berbagai wujud Dewi Laksmi.
[sunting] Bharatayuddha dan Bhagawad Gita
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perang di Kurukshetra

Lihat pula: Bhagawadgita

Kresna merupakan saudara sepupu dari kedua belah pihak dalam perang antara Pandawa dan Korawa. Ia menawarkan mereka untuk memilih pasukannya atau dirinya. Para Korawa mengambil pasukannya sedangkan dirinya bersama para Pandawa. Ia pun sudi untuk menjadi kusir kereta Arjuna dalam pertempuran akbar. Bhagawadgita merupakan wejangan yang diberikan kepada Arjuna oleh Kresna sebelum pertempuran dimulai.


[sunting] Kehidupan di kemudian hari

Setelah perang, Kresna tinggal di Dwaraka selama 36 tahun. Kemudian pada suatu perayaan, pertempuran meletus di antara para kesatria Wangsa Yadawa yang saling memusnahkan satu sama lain. Lalu kakak Kresna – Baladewa – melepaskan raga dengan cara melakukan Yoga. Kresna berhenti menjadi raja kemudian pergi ke hutan dan duduk di bawah pohon melakukan meditasi. Seorang pemburu yang keliru melihat sebagian kaki Kresna seperti rusa kemudian menembakkan panahnya dan menyebabkan Kresna mencapai keabadian. Menurut Mahabharata, kematian Kresna disebabkan oleh kutukan Gandari. Kemarahannya setelah menyaksikan kematian putera-puteranya menyebabkannya mengucapkan kutukan, karena Kresna tidak mampu menghentikan peperangan. Setelah mendengar kutukan tersebut, Kresna tersenyum dan menerima itu semua, dan menjelaskan bahwa kewajibannya adalah bertempur di pihak yang benar, bukan mencegah peperangan.

Menurut referensi dari Bhagawatapurana dan Bhagawad Gita, ditafsirkan bahwa Kresna wafat sekitar tahun 3100 SM.[6] Ini berdasarkan deskripsi bahwa Kresna meninggalkan Dwarka 36 tahun setelah peperangan dalam Mahabharata terjadi. Matsyapurana mengatakan bahwa Kresna berusia 89 tahun saat perang berkecamuk. Setelah itu Pandawa memerintah selama 36 tahun, dan pemerintahan mereka terjadi saat permulaan zaman Kaliyuga. Selanjutnya dikatakan bahwa Kaliyuga dimulai saat Duryodana dijatuhkan ke tanah oleh Bima berarti tahun 2007 sama dengan tahun 5108 (atau semacam itu) semenjak Kaliyuga.[7]
[sunting] Hubungan keluarga

Ayah Kresna adalah Prabu Basudewa, yang merupakan saudara lelaki (kakak) dari Kunti atau Partha, istri Pandu yang merupakan ibu para Pandawa, sehingga Kresna bersaudara sepupu dengan para Pandawa. Saudara misan Kresna yang lain bernama Sisupala, putera dari Srutadewa alias Srutasrawas, adik Basudewa. Sisupala merupakan musuh bebuyutan Kresna yang kemudian dibunuh pada saat upacara akbar yang diselenggarakan Yudistira.
Wujud Kresna yang diadaptasi oleh seni pewayangan Jawa.

Untuk silsilah yang lebih lengkap, lihat Silsilah Dinasti Kuru dan Yadu.
[sunting] Kresna dalam pewayangan Jawa

Dalam pewayangan Jawa, Prabu Kresna merupakan Raja Dwarawati, kerajaan para keturunan Yadu (Yadawa) dan merupakan titisan Dewa Wisnu. Kresna adalah anak Basudewa, Raja Mandura. Ia (dengan nama kecil "Narayana") dilahirkan sebagai putera kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya dikenal sebagai Baladewa (alias Kakrasana) dan adiknya dikenal sebagai Subadra, yang tak lain adalah istri dari Arjuna. Ia memiliki tiga orang istri dan tiga orang anak. Istri isterinya adalah Dewi Jembawati, Dewi Rukmini, dan Dewi Satyabama. Anak-anaknya adalah Raden Boma Narakasura, Raden Samba, dan Siti Sundari.

Pada perang Bharatayuddha, beliau adalah sais atau kusir Arjuna. Ia juga merupakan salah satu penasihat utama Pandawa. Sebelum perang melawan Karna, atau dalam babak yang dinamakan Karna Tanding sebagai sais Arjuna, beliau memberikan wejangan panjang lebar kepada Arjuna. Wejangan beliau dikenal sebagai Bhagawadgita.

Kresna dikenal sebagai seorang yang sangat sakti. Ia memiliki kemampuan untuk meramal, mengubah bentuk menjadi raksasa, dan memiliki bunga Wijaya Kusuma yang dapat menghidupkan kembali orang yang mati. Ia juga memiliki senjata yang dinamakan Cakrabaswara yang mampu digunakan untuk menghancurkan dunia, pusaka-pusaka sakti, antara lain Senjata Cakra, Kembang Wijayakusuma, terompet kerang (Sangkala) Pancajahnya, Kaca Paesan, Aji Pameling dan Aji Kawrastawan.

Setelah meninggalnya Prabu Baladewa (Resi Balarama), kakaknya, dan musnahnya seluruh Wangsa Wresni dan Yadawa, Prabu Kresna menginginkan moksa. Ia wafat dalam keadaan bertapa dengan perantara panah seorang pemburu bernama Jara yang mengenai kakinya.
[sunting] Kresna dalam Bhagawadgita

Kresna dianggap sebagai penjelmaan Sang Hyang Triwikrama, atau gelar Bhatara Wisnu yang dapat melangkah di tiga alam sekaligus. Ia juga dipandang sebagai perantara suara Tuhan dalam menjalankan misi sebagai juru selamat umat manusia, dan disetarakan dengan segala sesuatu yang agung. Kutipan di bawah ini diambil dari kitab Bhagawadgita (percakapan antara Kresna dengan Arjuna) yang menyatakan Sri Kresna sebagai awatara.
Kutipan Terjemahan
yadā yadā hi dharmasya, glānir bhavati bhārata, abhyutthānam adharmasya tadātmanaṁ sṛjāmy aham Kapan pun kebenaran merosot dan kejahatan merajalela, pada saat itu Aku turun menjelma, wahai keturunan Bharata (Arjuna)
paritrāṇāya sādhūnāṁ, vināśāyā ca duṣkṛtām, dharma-saṁsthāpanārthāẏa, sambhavāmi yuge yuge Untuk menyelamatkan orang saleh dan membinasakan orang jahat, dan menegakkan kembali kebenaran, Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman
aham ātmā guḍākeśa sarva-bhūtāśaya-sthitaḥ, aham ādiś ca madhyaṁ ca bhūtānām anta eva ca O Arjuna, Aku adalah Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam hati semua makhluk hidup. Aku adalah awal, pertengahan dan akhir semua makhluk
purodhasāṁ ca mukhyaṁ māṁ viddhi pārtha bṛhaspatim, senāninām ahaṁ skandaḥ, sarasām asmi sāgaraḥ Wahai Arjuna, di antara semua pendeta, ketahuilah bahwa Aku adalah Brihaspati, pemimpinnya. Di antara para panglima, Aku adalah Kartikeya, dan di antara segala sumber air, Aku adalah lautan
prahlādaś cāsmi daityānāṁ, kālaḥ kalayatām aham mṛgāṇāṁ ca mṛgendro ‘haṁ vainateyaś ca pakṣiṇām Di antara para Detya, Aku adalah Prahlada, yang berbakti dengan setia. Di antara segala penakluk, Aku adalah waktu. Di antara segala hewan, Aku adalah singa, dan di antara para burung, Aku adalah Garuda.
dyūtaṁ chalayatām asmi tejas tejasvinām aham jayo ‘smi vyavasāyo ‘smi sattvaṁ sattvavatām aham Di antara segala penipu, Aku adalah penjudi. Aku adalah kemulian dari segala sesuatu yang mulia. Aku adalah kejayaan, Aku adalah petualangan, dan Aku adalah kekuatan orang yang kuat
vṛṣṇīnāṁ vāsudevo ‘smi pāṇḍavānām dhanañjayaḥ, munīnām apy ahaṁ vyāsaḥ kavīnām uśanā kaviḥ Di antara keturunan Wresni, Aku ini Kresna. Di antara Panca Pandawa, Aku adalah Arjuna. Di antara para Resi, Aku adalah Wyasa. Di antara para ahli pikir yang mulia, aku adalah Usana.

17 November 2009

KPI-Dewan Pers Tidak Larang Siaran Langsung di Pengadilan atau DPR

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Dewan Pers memastikan tidak ada larangan siaran langsung di pengadilan atau DPR. Penegasan itu sekaligus membantah rumor yang beredar di masyarakat.

"KPI dan Dewan Pers tidak pernah dan tidak akan melarang siaran langsung di pengadilan, MK atau DPR," kata Ketua KPI Sasa Djuarsa Sendjaja di kantor KPI, Jl Gadjah Mada, Jakarta Pusat, Selasa (17/11/2009).

Keputusan itu diambil setelah KPI dan Dewan Pers bertemu selama 2 jam. Dari pihak Dewan Pers hadir wakil ketua Leo Batubara. Pertemuan berlangsung tertutup dan dibeberkan hasilnya usai pembicaraan.

Meski begitu, KPI-Dewan Pers tidak bisa membatasi bila hakim ataupun pimpinan DPR menyatakan sidang tertutup untuk umum. Sebaliknya, jika sidang terbuka untuk umum, lembaga penyiaran tidak boleh dilarang untuk menyiarkan secara langsung.

"Kewenangan hakim pengadilan atau instansi lain (DPR) boleh tidaknya live," imbuhnya.

Sebelumnya, Dewan Pers memastikan menentang wacana pelarangan siaran langsung sidang di pengadilan dan DPR oleh KPI. Pelarangan itu menurut Dewan Pers bertentangan dengan kemerdekaan pers dan keterbukaan informasi.

Wacana ini dimunculkan KPI berdasarkan masukan anggota DPR terkait siaran langsung sidang perdana Antasari Azhar yang dinilai vulgar dan sidang DPR yang dinilai mendiskreditkan wakil rakyat.

16 November 2009

Cerita Soal Malapetaka, 2012 Jadi Box Office

LOS ANGELES, TRIBUN - Malapetaka ternyata berhasil menarik dolar dalam film bertema kehancuran dunia, 2012, dan menjadi box office di pemutarannya baik di AS maupun di seluruh dunia. Demikian dilansir AP.

Untuk wilayah saja, berhasil mengumpulkan 65 juta dolar AS sementara untuk pemutaran seluruh dunia berhasil mengeruk keuntungan hingga 225 juta dolar AS. Film ini bercerita tentang upaya penyelamatan manusia di bahtera saat seluruh bumi tertutupi oleh air.

Film ini dibintangi oleh John Cusack, Danny Glover , dan Chiwetel Ejiofor dan disutradarai Roland Emmerich yang memang piawai dalam membuat film soal malapetaka antara lain Independence Day dan The Day After Tomorrow

Di luar AS, 2012 berhasil meraih 12,7 juta dolar AS di Perancis sementara di Rusia (15,3 juta dolar AS), Korsel (9,9 juta dolar AS), dan Spanyol (8,1 juta dolar AS). Pihak Sony menyatakan ini adalah pendapatan terbesar dari sebuah film orisinal yang tidak berbasis dari franchise, merek, atau novel laris. (widyabuana)



Tribun Timur, Selalu yang Pertama

27 Agustus 2009

berbudi luhur

Berbudi Luhur kepada Tuhan

Kita harus yakin bahwa Tuhan menaruh embrio manusia kedalam kandungan ibunya, kemudian melahirkan ke alam dunia lalu membesarkan dan memberikan nikmat yang tak terhitung nilainya. Dia pula yang akan mematikan dan membangkitkanya nanti pada hari kiamat. Manusia selalu tergantung kepada Tuhan. Contoh-contoh kecil adalah ketidak mampuan manusia membuat setetes darah apalagi banyak. Ketidakberdayaan manusia menumbuhkan sel-sel daun pada satu pohon apalagi semua pohon. Ketidak tahuan pada bahan bakar matahari apalagi menyediakanya. Ilmu-ilmu jin dan manusia kalo di gabungkan tak akan lebih dari setetes air di samudera luas jika di bandingkan ilmu Tuhan. Maka kalau manusia mau berfikir sejenak pastilah ia merasa terpaksa atau sukarela untuk berterimaksih kepada Tuhan SWT. Ungkapan terimakasih kepada Tuhan bukan sekedar percaya kepadaNya. Bila manusia sekedar percaya tetapi tidak taat maka iblis akan lebih baik. Tentu saja iblis lebih baik, iblis lebih percaya kepada Tuhan dari pada manusia karena iblis pernah berdialog langsung dengan Tuhan tetapi tetap durhaka. Ungkapan terimaksih kepada Tuhan harus dinyatakan dengan perbuatan yaitu dengan memenuhi hak-hak Tuhan supaya Tuhan juga memenuhi hak-hak hambaNya.

Berbudi Luhur kepada Orang Tua dan Guru

Walaupun yang melahirkan manusia itu Tuhan (=ibu hanya mampu mengandung saja karena bila sudah tiba saat melahirkan maka ia tak akan mampu menahanya. Atau walaupun seorang ibu sedah ingin melahirkan tetapi kalau Tuhan belum menghandaki maka ia juga tak akan sanggup mengeluarkan bayinya. Bukti kekuasaan Tuhan ini, yaitu adanya ibu-ibu yang melahirkan saat sedang diperjalanan ke rumah sakit atau pada saat yang tidak di kehendaki ibu itu).Namun demikian jangan lupa bahwa ibu selalu menyambut kelahiran bayinya dengan rasa sakit dan darah, bahkan kadang-kadang bayinya di tebus dengan nyawa satu-satunya. Dan setelah putranya cukup umur maka ia menyerahkan kepada guru. Maka dari itu berterimakasih kepada orang tua dan Guru wajib.

Berbudi Luhur kepada Diri Sendiri

Memenuhi hak-hak jasmani dan rokhani dengan menjaga kesehatan makan makanan yang baik dan halal, menghindari makanan yang haram, miuman keras ganja , atau obat-obatan terlarang lainnya yang merusak saraf otak.

Berbudi Luhur kepada Semua Mahluk

Manusia adalah makluk sosial. Satu sama lain saling membutuhkan. Yang kaya membutuhkan tenaga yang miskin dan yang miskin memerlukan bantuan yang kaya, yang pandai memerlukan yang bodoh dan juga sebalikya.hal ini juga berlaku antar bangsa. Perbuatan baik dan buruk merupakan pantulan dari sifat seseorang. Maka orang yang bijaksana tidak akan merendahkan dirinya sendiri dengan menghina orang lain. Orang bijaksana selalu menjaga martabat dan kehormatanya dengan menyantuni orang lain terutama yang lemah.

Maka kalaupun harus terjadi tindak kekerasan tidak dapat di hindari, haruslah di sadari bahwa pendekar sejati tidak akan berangan-angan untuk menciderai tubuh maupun hati lawan. Kekerasan tadi hanyalah sekedar untuk memberi peringatan saja agar memiliki kesempatan bertaubat. Dan walaupun Tuhan mengijinkan membalas perbuatan yang jahat dengan kejahatan yang seimbang. Namun Tuhan juga menawarkan alternatif lain yang lebih baik yaitu memafkan karena memaafkan itu lebih mendekatkan kepada taqwa. Untuk itulah dalam Persaudaraan Setia Hati Terate mengajarkan kripen atau tehnik kuncian agar dapat mengalahkan lawan tanpa harus melukai apalagi sampai membunuh. Saling membunuh tanpa sebab yang dibenarkan sangatlah berat sangsinya apalagi sesama manusia.

Sedangkan contoh berbudi luhur kepada tumbuh-tumbuhan adalah tidak merusak lingkungan hidup. Bila nenebang pohon di hutan harus di adakan reboisasi atau penanaman kembali.